Kamis, 08 Desember 2011

PENERAPAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DI INDONESIA


BAB III

PENERAPAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DI INDONESIA


A.   RADIO PENDIDIKAN
         1.         Pengertian Radio Pendidikan
            Radio menurut ensiklopedia Indonesia yaitu penyampaian informasi dengan pemanfaatan gelombang elektromagnetik bebas yang memiliki frekuensi kurang dari 300 GHz. Sedangkan istilah “Radio Siaran” atau “Siaran Radio” yaitu berasal dari “Radio broadcast” (Inggris) atau “Radio Omreop” (Belanda) artinya yaitu penyampaian informasi kepada khalayak berupa suara berjalan satu arah dengan memanfaatkan gelombang radio sebagai media.
            Radio pendidikan adalah media yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran melalui CD Audio atau disiarkan melalui station pemancar radio (Sri Wahyuni:2008). Sedangkan pengertian penyiaran radio menurut Undang- undang No.32/2002 yaitu Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.

         2.         Latar Belakang
            Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan- perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun social agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk social. Bagi sebagian orang membaca buku merupakan hal yang membosankan. Banyak orang yang mencari cara belajar tanpa harus sering membuka buku. Makanya muncullah banyak cara atau metode belajar yang asyik. Salah satunya dengan mendengarkan radio.
            Media radio adalah salah satu media yang dapat meningkatkan mutu belajar mengajar dikelas maupun di luar kelas. Indonesia memiliki banyak penduduk dan kaya akan kekayaan alam, namun dalam segi pendidikan Indonesia cenderung kekurangan dibanding dengan Negara lain. Permasalahan pendidikan nasional meliputi kesempatan memperoleh pendidikan yang belum merata, kualitas relevansi pendidikan yang masih rendah, serta lemahnya manajemen pendidikan. Dengan potensi radio yang dapat menjangkau kalangan dan daerah manapun, radio sangat cocok untuk dijadikan media dalam pendidikan. Baik pendidikan formal maupun non formal.
            Adanya media radio pendidikan merupakan perkembangan baru yang memberi nuansa positif dalam penyebar luasan informasi pendidikan. Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang program pendidikan akan meningkatkan kemauan masyarakat untuk terlibat dalam mensukseskan program-program pendidikan yang dicanangkan pemerintah. Secara sederhana dapat kita sadari bahwa program siaran pendidikan dari media radio akan memberi pembelajaran kepada masyarakat pendengar yang akhirnya akan meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat.
         3.         Karakteristik Radio
Adapun karakteristik radio adalah sebagai berikut (Effendi, 1993 : 139) :
  1. Radio siaran bersifat langsung
Makna langsung sebagai sifat radio siaran adalah bahwa suatu pesan yang akan disiarkan dapat dilakukan tanpa proses yang rumit.
  1. Radio siaran menembus jarak dan rintangan
Bagi radio tidak ada jarak waktu, begitu suatu pesan diucapkan seorang penyiar atau orator, pada saat itu juga dapat diterima oleh khalayak. Bagi radio tiada pula jarak ruang, seberapapun jauhnya sasaran yang dituju radio dapat mencapainya. Daerah-daerah yang terbatas oleh gunung, lembah, padang pasir, ataupun samudra sekalipun tidak menjadi suatu halangan bagi siaran radio. Suatu pesan yang disiarkan dari suatu tempat di suatu negara dapat disampaikan secara seketika di tempat lain, Negara lain dan benua lain.
  1. Radio siaran mengandung daya tarik
Sebelum pesawat televisi muncul sebagai pelengkap rumah tangga, sekitar tahun limapuluh-an, pada waktu itu hanya terdapat dua jenis media massa yaitu surat kabar atau majalah dan radio. Radio mempunyai unsur daya tarik tersendiri karena ada tiga hal yang menyebabkannya demikian, antara lain :
·         Kata-kata lisan (spoken words)
·         Musik (music)
·         Efek suara (sound efek)
            Berkaitan dengan ketiga hal diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kata-kata lisan dapat membangun efek theatre of mind. Radio hanya menempilkan suara, bisa menumbuhkan akibat lain bagi pendengarnya, yaitu imajinasi. Imajinasi yang biasanya muncul di benak pendengar adalah permainan sound effect yang bisa menciptakan suasana visual pendengarnya. Selain itu pengaturan musik pada siaran radio diharapkan dapat lebih memikat pendengarnya mengingat radio adalah media selintas dengar maka penyampaian informasinya harus banyak menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siapapun yang mendengarnya. Bahkan penggunaan bahasa ilmiah harus segera diikuti bahasa awam.
            Penyampaian pesan melalui radio siaran dilakukan dengan menggunakan bahasa lisan, kalaupun ada lambang-lambang nonverbal yang digunakan jumlahnya sangat minim, misalnya tanda waktu pada saat akan memulai acara warta berita dalam bentuk bunyi telegraf atau bunyi salah satu alat musik. Dengan dihiasi musik dan didukung dengan efek suara yang menarik maka kemasan acara yang disajikan oleh radio menjadi lebih menarik dan radio terkesan menjadi lebih hidup.




            Menurut Dodi Mawardi, dalam situsnya (http://dodimawardi.wordpress.com) ada sembilan karakteristik media radio yaitu :
·         Theater of Mind (Media radio memiliki kemampuan untuk mengembangkan imajinasi pendengar).
·         Personal (Media radio mampu menyentuh pribadi pendengar).
·         Sound Only (Media radio hanya menggunakan suara dalam menyajikan informasinya).
·         At Once (Media radio dapat diakses cepat dan seketika).
·         Heard Once (Media radio di dengar secara sepintas).
·         Secondary Medium Half Ears Media (Media radio bisa menjadi teman dalam beraktifitas).
·         Mobile / Portable (Media radio mudah dibawa kemana saja).
·         Local (Media radio bersifat lokal, hanya di daerah yang ada frekuensinya).
·         Linear (Media radio tersusun secara sistematis).


         4.         Kelebihan dan Kelemahan Radio
            Kelebihan radio menurut Munthe (1996 : 12), yaitu :
a.       Lambang komunikasi radio bersifat auditif
Karenanya radio tidak menuntut pasarnya untuk memiliki kemampuan membaca, tidaknmenuntut kemampuan melihat, melainkan sekedar kemampuan mendengar.
b.      Radio mempunyai kemampuan daya tangkap yang tinggi, meskipun pesawatnya berukuran kecil, serta harganya relatif murah. Sehingga orang dapat membawanya kemana-mana, mendengarnya dimana-mana. Jadi siapa saja, kapan saja, dimana saja, mengenai apa saja, orang bisa mendengarkan acara siaran radio. Karenanya pemakaian radio telah memasyarakat, mulai dari kalangan paling bawah hingga kalangan tingkat atas.
c.       Penggunaan radio amat praktis, hanya tinggal memutar tuning pengubah gelombang dan mencari siaran yang memenuhi seleranya.
d.      Ketika mendengarkan radio, seseorang dapat sambil mengerjakan aktivitas lainnya.
e.       Radio memiliki kelebihan dalam kecepatan menyampaikan pesan dibanding media massa lain seperti Televisi, Surat Kabar. Pesan yang disampaikan melalui radio akan sampai ke pendengar sesaat setelah diudarakan, secara serentak pada waktu bersamaan diberbagai penjuru.

            Media radio juga mempunyai beberapa kelemahan yang harus diperhatikan agar media ini semakin perfect. Kelemahan tersebut antara lain:
a.       Karena sifatnya yang auditif, dalam penggunaan media ini harus benar-benar konsentrasi khususnya indera pendengaran kita karena hanya sekilas saja, tidak ada siaran ulang.
b.      Media ini belum mampu untuk menyajikan hal-hal yang sifatnya kompleks seperti rumus-rumus matematika, fisika, dan kimia sehingga kurang efektif jika diterapkan pada materi yang sifatnya berhitung.
c.       Materi yang disajikan kurang mendalam.
Radio sangat sukar menyiarkan acara-acara yang banyak ragamnya. Hal ini terjadi karena alat pendengaran manusia lebih rendah daya tangkapnya daripada alat penglihatan.
d.      Tidak dapat diterapkan pada audience yang mengalami gangguan dengan pendengaran, karena radio membutuhkan konsentrasi yang cukup pada indera pendengar.

SIARAN RADIO PENDIDIKAN UNTUK PENATARAN GURU SD
            Usaha meningkatkan mutu dan memeratakan kesempatan belajar telah dilaksanakan program penataran guru SD/MI dan Pembina SD sebanyak lebih kurang 400.000 orang mulai tahun 1976. Penataran tersebut dilaksanakan oleh Proyek Pembinaan Pendidikan Dasar (P3D). Sistem penataran yang dipakai adalah dengan menggunakan tim mobil (sebanyak 120 tim @ 8 orang) yang bergerak di 17 propinsi yang keadaan daerah dan transportasinya memungkinkan sampai meliputi 2200 SD Center. Sedang pada 9 propinsi yang lain hanya sampai di kabupaten, mengingat keadaan daerah dan transportasi yang sulit. Penataran pada SD Center dilangsungkan tiga kali dalam setahun, masing-masing empat hari lamanya. Sedangkan penataran pada tempat lain berlangsung sekali dalam setahun selama 15 hari. Tiap guru hanya akan mendapat program penataran sekali (3 x 4 hari atau 1 x 15 hari) selama jangka waktu proyek.
            Dalam pelaksanaan program P3D, telah dirasakan perlu adanya komunikasi terus-menerus antara Penatar Keliling dengan SD Center dan SD lain di sekitarnya, serta dengan pembina wilayah, komunikasi ini diperlukan untuk membina dan memantapkan hasilhasil penataran. Untuk hal ini, diperlukan siaran radio sebagai alat komunikasi dan menjaga kontinuitas pelatihan, sebab proses penataran yang dilakukan oleh setiap mobile team untuk masingmasing SD Center dari 25 SD Center yang menjadi tanggung jawabnya hanya 12 hari pelatihan (3 kali pelatihan @ 4 hari) selama setahun dengan interval waktu lebih kurang tiga bulan.
            Oleh karena itu, siaran radio dapat digunakan sebagai media komunikasi untuk menguraikan persoalan-persoalan umum yang dijumpai dan berguna untuk mencapai tujuan program P3D itu sendiri. Persoalan dimaksud antara lain bahan-bahan penataran, prosedur penyampaiannya, dan persoalan-persolaan yang perlu diketahui oleh semua pihak yang terlibat dalam waktu cepat.
            Selain hal-hal yang telah disebutkan, masalah utama yang dihadapi oleh Tim Penatar Keliling (TPK) dari P3D adalah terbatasnya waktu dan luasnya materi penataran sehingga tidak semua mata pelajaran dapat disampaikan pada waktu tatap muka. Besarnya jumlah guru yang akan ditatar, karakteristik geografis yang terdiri dari kepulauan dan daerah pedalaman yang sulit dijangkau dengan transportasi biasa, dan keterbatasan waktu tatap muka yang hanya dua minggu, tidak menjamin kontinuitas hasil penataran.

Tujuan dan Sasaran Siaran Radio Pendidikan
            Secara umum, tujuan penataran guru SD melalui siaran radio pendidikan adalah untuk menunjang pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dengan mengintegrasikan penerapan media dan teknologi komunikasi secara terencana dan terarah sebagai suatu sub sistem dalam pendidikan dasar.
Secara khusus, siaran radio untuk penataran guru SD dimaksudkan untuk:
·         Meningkatkan mutu pengetahuan dan kemampuan profesional guru dan calon guru SD
·         Memperluas kesempatan memperoleh pendidikan
·         Memperkaya sumber belajar
·         Membantu terciptanya prinsip belajar seumur hidup dan masyarakat gemar belajar.

            Sasaran program ini adalah guru SD terutama yang berada di daerah terpencil di sebelas propinsi, yaitu Irian Jaya, Maluku, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, NTT, NTB, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan termasuk dua propinsi daerah eksperimen yaitu Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Strategi Siaran pendidikan
            Materi penataran disajikan melalui media radio yang disiarkan oleh RRI daerah, Radio Pemerintah Daerah (RPD), dan Radio Swasta Niaga (RSN) setiap pagi hari dan sore harinya siaran ulang, selama enam hari dalam seminggu. Sementara setiap minggu disiarkan program lokal yang berisi jawaban-jawaban umpan balik dari para guru. Di setiap SD, dibentuk kelompok belajar (pendengar) yang terdiri dari guru-guru SD atau kelompok yang lebih besar dari SD yang berdekatan. Kelompok belajar ini diketuai oleh kepala sekolah. Seorang sekretaris yang dipilih dari anggota kelompok belajar. Selain media radio, anggota kelompok belajar dilengkapi dengan buku petunjuk pemanfaatan yang berisi bagaimana belajar melalui radio, persiapan yang perlu dilakukan sebelum mendengarkan siaran, kegiatan selama mendengarkan, serta tugas yang harus dilaksanakan setelah
mendengarkan siaran.
            Dengan keterbatasan durasi siaran yang hanya sekitar 20 menit siaran per topik maka para guru diberikan buku Bahan Penyerta (BP) siaran. BP tersebut berisi judul program yang
disiarkan, tujuan umum dan khusus, serta ringkasan dari materi penataran. Agar para guru tidak mengalami kesulitan pada saat mendengarkan siaran, pada BP disajikan arti dari kata sulit, tugas setelah mendengarkan siaran, serta buku sumber. Pada sore harinya guru dapat mendengarkan siaran ulang secara individual di rumah masing-masing.


B.   TELEVISI EDUKASI

         1.         Latar Belakang
            Indonesia merupakan sebuah negara yang luas. Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau. Di pulau - pulau inilah tersimpan potensi sumber daya manusia yang diperlukan bagi kemajuan bangsa. Oleh karena itu perlulah di buat sebuah pendidikan yang layak. Untuk itu dibangun berbagai sarana dan diadakan berbagai buku agar seluruh rakyat dapat menikmati pendidikan. Namun karena wilayah yang begitu luas maka proses pembangunan berjalan dengan lambat, salah satu cara yang dapat digunakan yaitu memanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi.
            Maka dengan itu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (pada waktu itu) menugaskan kepada Pustekkom sebagai unit khusus yang menangani pendayagunaan teknologi pendidikan untuk melakukan persiapan-persiapan ke arah pemanfaatan media televisi guna mendukung peningkatan dan pemerataan pendidikan. Maka sejak tahun 1978 Pustekkom melaksanakan pengembangan dan produksi program-program media televisi pendidikan. Hingga tahun 2007 program televisi yang telah diproduksi mencapai jumlah 5.163 judul.
            Untuk merealisasikan siaran televisi pendidikan, pada tahun 1980-an Pustekkom melakukan kerjasama di bidang penyiaran program televisi pendidikan dengan TVRI. Program yang disiarkan sangat popular saat itu, yaitu serial Aku Cinta Indonesia (ACI). Namun kerjasama tersebut tidak dapat berlanjut karena adanya perbedaan-perbedaan dalam aspek kebijakan dan teknis.
            Pada tahun 1990-1995, Pustekkom melakukan kerjasama di bidang penyiaran dengan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), yaitu sebuah televisi swasta yang pada awalnya dirancang sebagai televisi yang mengemban misi pendidikan. Meskipun kerjasama ini cukup berhasil, namun harus berakhir karena pihak TPI telah mengubah kebijakan menjadi sebuah stasiun televisi komersial.
            Untuk keperluan koordinasi dalam manajemen pendidikan antara pusat dengan Dinas Provinsi (waktu itu kanwil), maka pada tahun 1994-1995 diadakan teleconverence antara Menteri Pendidikan Nasional dengan seluruh Dinas Pendidikan Provinsi di Indonesia. Bahkan pada 2 Mei 1994 dalam rangka hari Pendidikan Nasional diadakan teleconverence antara Wakil Presiden (Tri Sutrisno) di Yogyakarta dengan 4 Dinas Pendidikan. Pada tahun 1996 - 1998 Pustekkom juga pernah bekerjasama dengan Cakra-warta (Indovision) menyiarkan siaran pendidikan di Quick Channel.
            Menyadari begitu pentingnya siaran televisi pendidikan bagi bangsa Indonesia, sesuai amanat UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada tahun 2003, Depdiknas (Pustekkom) mulai melakukan persiapan untuk mempunyai stasiun televisi yang khusus menyiarkan pendidikan, dan pada tanggal 12 Oktober 2004, Mendiknas, Malik Fajar meresmikan Stasiun Televisi Pendidikan yang diberi nama Televisi Edukasi (TVE).

         2.         Pengertian TV Edukasi
            Televisi Edukasi (TVE) adalah stasiun TV yang mengkhususkan diri pada siaran pendidikan.
            TV edukasi adalah salah satu stasiun televisi yang dimiliki oleh Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom) Departemen Pendidikan Nasional. Siaran televisi pendidikan dapat menjangkau seluruh wilayah di Indonesia dan telah disiarkan oleh TVE, TVRI dan televisi swasta lainnya. Penyelenggaraan siaran televisi pendidikan merupakan salah satu strategi untuk memperbaiki kondisi dunia pendidikan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
            Sejalan dengan hal di atas Pustekkom pada tahun 2004 sampai dengan 2005 telah merintis lokasi pemanfaatan siaran di 260 lokasi yang meliputi SMP, termasuk SMP terbuka dan SMA Terbuka. Pada tahun 2006 Depdiknas juga telah membagikan perangkat penerima siaran Televisi Edukasi kepada 28.376 SMP/MTs di Indonesia yang berada di Kabupaten pada 33 propinsi. Sedangkan pada akhir tahun 2007 Pustekkom Depdiknas telah membagikan ke SMP/MTs di kota seluruh Indonesia televisi, DVD player, parabola dan genset (bagi daerah terpencil) untuk memanfaatkan siaran TVE.

         3.         Karakteristik TVE
Televisi Edukasi memiliki beberapa karakteristik, antara lain yaitu :
1.      Memiliki sifat masal
2.      Penyajian materi pelajaran lebih jelas dan menarik, karena adanya kombinasi teknologi audio dan visual.
3.      Memberikan layanan pendidikan untuk semua jenjang, jalur, dan jenis pendidikan.
4.      Media pembelajaran yang by desaign (berbasis kurikulum).
5.      Penyajian program dikemas secara menyenangkan, santun, dan mencerdaskan.
6.      Dapat diakses melalui satelit (parabola).

         4.         Tujuan TVE
·         Memberikan layanan siaran pendidikan berkualitas untuk menunjang tujuan pendidikan nasional.
·         TVE diharapkan akan mampu memberikan layanan pendidikan khusus bagi para siswa pendidikan dasar (TK-PT), terutama di daerah-daerah pinggiran dan terpencil yang tidak mampu dijangkau oleh layanan pendidikan secara konvensional.
·         untuk menunjang program penuntasan wajib belajar.

         5.         Manfaat TVE
Manfaat TVE yaitu :
1.      Menunjang program penuntasan wajib belajar.
2.      Memberikan layanan pendidikan terutama di daerah terpencil.
3.      Mengatasi perbedaan kealitas tenaga pengajar.
4.      Menyediakan bahan ajar bermutu.
5.      Memotivasi siswa dalam belajar.

         6.         Pemanfaatan TVE
      Ada 3 pola atau cara pemanfaatan program siaran TVE yang sejauh ini telah dimanfaatkan, yaitu sebagai berikut:
a.       Pemanfaatan Program Siaran TVE sesuai dengan Jadwal Siaran TVE (Pemanfaatan Siaran TVE secara langsung).
            Dimana agar pembelajaran selaras dengan jam tayang TVE, maka guru mendownload jadwal tersebut dari situs TVE di internet, atau melalui situs pencari (misal: Google). Selain itu, guru dapat merelay siaran dari TVRI, karena TVE telah melakukan kerjasama dengan stasiun TVRI, program TVE yang ditayangkan adalah diprioritaskan pada mata pelajaran matematika, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris untuk peserta didik SMP dan MTs.
b.      Pemanfaatan Siaran TVE sebagai Penugasan.
Berdasarkan jadwal tayangan siaran TVE yang ada, guru menugaskan para peserta didiknya untuk mengikuti tayangan siaran TVE tentang mata pelajaran tertentu pada waktu tertentu. Peserta didik dapat melaksanakan tugas ini di sekolah atau di rumah, baik secara perseorangan maupun dalam bentuk kelompok kecil. Untuk membantu pelaksanaan tugas ini, guru hendaknya memberikan format laporan hasil penugasan disertai penjelasan seperlunya. Guru juga menginformasikan batas waktu penyerahan hasil pelaksanaan tugas dan cara-cara penyajiannya di kelas. Pada hari dan waktu yang telah ditetapkan, guru meminta para peserta didiknya untuk manyajikan hasil tugas yang telah dikerjakan di hadapan teman sekelasnya. Peserta didik yang belum mendapat kesempatan untuk menyajikan hasil tugasnya, berperan untuk mengkaji dan memberikan pendapat, tanggapan atau komentar. Melalui aktivitas pembelajaran yang demikian ini, peserta didik dilatih menyusun bahan presentasi, memberikan pendapat, tanggapan atau komentar, dan sekaligus juga berlatih berdiskusi, dan membuat rangkuman/kesimpulan. Pada akhir kegiatan, guru dapat memberikan arahan atau hal-hal yang dinilai penting untuk pengembangan kemampuan peserta didik.
c.       Pemanfaatan Program Siaran TVE sebagai Pengisi Jam Pelajaran Kosong.
Apabila guru berhalangan hadir karena sesuatu hal, maka guru piket atau guru serumpun dapat mengisi jam pelajaran kosong yang ada dengan menayangkan siaran TVE. Intinya adalah bahwa peserta didik tetap dapat belajar sekalipun guru mata pelajaran tertentu berhalangan hadir misalnya. Kegiatan pembelajaran tetap dapat berjalan sebagaimana biasanya. Guru piket atau guru serumpun tinggal menyelenggarakan kegiatan pembelajaran mengikuti RPP yang telah disiapkan sebelumnya. Apabila ada hal-hal yang berkembang selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru pengganti (guru piket atau guru serumpun) dapat mencatatnya dan menyampaikannya kepada guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk dilakukan tindak lanjut.

         7.         Program Siaran Televisi Edukasi
Jenis-jenis materi siaran televisi edukasi yaitu :
a.       Formal
·         TK, siarannya : Pengetahuan, Moral (Story Telling)
·         SD, siarannya : Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan PPKN.
·         SMP, siarannya : Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Ekonomi, Penjas, Geografi, Fisika, Biologi, dan Seni.
·         SMA, siarannya : Biologi, Kimia, Fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris.
b.      Nonformal
Siaran nonformal yaitu untuk Paket B, paket C, dan keterampilan atau kursus.
c.       Informal
Siaran informal berupa pentas dongeng, Lensa Siswa (Lensis), Ungkapan Budaya, Dokumentasi, Sinema Elektronik (sinetron), Fisika itu asyik, dan lain-lain.
d.      Informasi Pendidikan
Siarannya berupa Straigh News, Featur, dan lain-lain.

Jadwal siaran TVE :
a.       TVE saluran 1
·         Parabola :        Senin s/d Sabtu 24 jam
                        Minggu dan hari libur
                        05.00 - 17.00 WIB
·         TVRI   :           Senin s/d Jumat
                                    07.00 – 08.00 WIB dan 14.00 – 15.00 WIB
·         TV Lokal :       sesuai jadwal TV lokal
·         TV kabel :       24 jam
b.      TVE saluran 2
·         Parabola :        Senin s/d Sabtu, 12.00 – 20.00 WIB
                        Minggu dan hari libur, 12.00 – 17.00 WIB
·         TV Kabel :      8 jam



C.   Cara Belajar SISWA Aktif (CBSA)

1.      Pengertian CBSA
CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secar fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
2.      Latar Belakang CBSA
Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Untuk dapat membelajarkan siswa, salah satu cara yang dapat ditempuh  oleh guru ialah dengan menerapkan pendekatan CBSA. Pendekatan ini merupakan merupakan pendekatan pembelajaran yang tersurat dan tersirat dalam kurikulum yang berlaku.
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. CBSA menuntut keterlibatan mental yang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajaran akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara bersama-sama.
3.      Dimensi-dimensi CBSA
a.       Dimensi subjek didik :
o   Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar.
o   Keberanian tersebut terwujud karena memang direncanakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluarkani pendapat.
o   Keberanian untuk mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar mengajar. Hal mi terwujud bila guru bersikap demokratis.
o   Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang oleh guru.
o   Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh guru.
o   Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan siapapun termasuk guru.



b.       Dimensi Guru
o   Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam meningkatka kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
o   Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator.
o   Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.
o   Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara serta tingkat kemampuan masing-masing.
o   Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta penggunaan multi media.
o   Kemampuan mi akan menimbulkan lingkuñgan belajar yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.

c.        Dimensi Program
o   Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru.
o   Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep maupun aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar.
o   Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan situasi dan kondisi.


d.       Dimensi situasi belajar-mengajar
o   Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara guru-siswa maupun antara siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar.
o   Adanya suasana gembira dan bergairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar

4.      Manfaat CBSA
1.      untuk mengantarkan siswa ke kedewasaan dalam arti perkembangan yang optimal. Perkembangan yang optimal mempunyaiarti yang luas, yaitu pertama-tama peserta didik mengembangkan segalapotensi yang ada padanya sehingga dapat mencapai kepuasan diri yangsepenuhnya
2.      Peran serta siswa dalam berbagai kegiatan belajar secara aktif akanmeningkat keterlibatan mental siswa yang bersangkutan dalam prosesbelajar-mengajar
3.      Kegiatan belajar mengajar dengan memberikan keleluasaan kepada siswauntuk berkomunikasi dua arah itu memberikan peluang bagi guru untuk memperoleh bahkan dalam rangka menilai keberhasilan pembelajaranyang dilaksanakan
4.      Untuk meningkatkan kemampuan siswa dan guru itu sendiri.
                                
5.      Penerapan CBSA
Ada prasyarat tertentu yang harus dimiliki oleh guru untuk meningkatkan kadar CBSA suatu proses pembelajaran. Peningkatan kadar CBSA dari suatu proses pembelajaran berarti pula mengarahkan proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa atau dengan kata lain menciptakan pembelajaran berdasarkan siswa.
Untuk dapat mengolah dan merancang program pembelajaran dan proses, seorang guru hendaknya mengenal faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran. Faktor-faktor penentu tersebut adalah:
1.      Karakteristik tujuan, yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan
2.      Karakteristik mata pelajaran / bidang studi, yang meliputi tujuan, isi pelajaran, urutan, dan cara mempelajarinya
3.      Karakteristik siswa, mencakup karakteristik perilaku masukan kognitif dan afektif, usia, jenis kelamin, dan yang lain
4.      Karakteristik lingkungan / setting pembalajaran, mencakup kuantitas dan kualitas prasarana, alokasi jam pertemuan, dan yang lainnya
5.      Karakteristik guru, meliputi filosofinya tentang pendidikan dan pembelajaran, kompetensinya dalam teknik pembelajaran, kebiasaannya, pengalaman pendidikannya, dan yang lainnya .
Agar seorang guru mampu menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang memiliki kadar CBSA tinggi, maka dalam memilih dan menentukan teknik pembelajaran atau sistem penyampaian hendaknya benar-benar mempertimbangkan kemanfaatan dari teknik pembelajaran yang dipilihnya. Teknik pembelajaran yang dapat diartikan sebagai prosedur  rutin atau suatu cara yang telah ditentukan sebelumnya untuk menyampaikan pesan dengan bahan, alat, latar, dan orang , pada akhirnya akan membentuk sistem instruksional. Oleh kareba itu pentingnya teknik pembelajaran ini, maka pemanfaatan teknik pembelajaran itu hendaknya bersesuaian dengan karakteristik, karakteristik guru, karakteristik tujuan, karakteristik mata pelajaran  / bidang studi, dan karakteristik bahan alat pembelajaran.

D.   Computer Assisted Instruction (CAI)

1.      PENGERTIAN CAI
Kemajuan teknologi modern adalah salah satu faktor yang turut menunjang keberhasilan pendidikan. Peranan teknologi sangat berpengaruh pada proses penyampaian pesan terutama dalam proses pendidikan. Media merupakan alat perantara untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Media dapat berfungsi untuk memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan minat belajar siswa. Terdapat dua macam pembelajaran berbasis komputer yaitu Computer Assisted Instruction (CAI) dan Computer Managed Instruction (CMI). Dalam CAI, siswa berinteraksi langsung (online) dengan komputer sedangkan CMI membantu guru dalam mengadministrasi proses pembalajaran dan siswa tidak online dengan komputer.
CAI (Computer Assisted Instruction) adalah suatu sistem penyampaian materi pelajaran yang berbasis mikroposesor yang pelajarannya dirancang dan diprogram ke dalam sistem tersebut. Atau dengan kata lain, CAI adalah Semua materi atau aktivitas pembelajaran yang disajikan melalui komputer. Dalam mode ini, komputer bisa menampilkan pembelajaran, menggunakan berbagai jenis  media (teks, gambar, suara, video), menyediakan aktivitas dan suasana pembelajaran, kuis atau dengan menyediakan interaksi dari siswa, mengevaluasi jawaban  siswa, menyediakan umpan balik dan menentukan  aktivitas  tindak lanjut yang sesuai sehingga siswa dapat berinteraksi secara aktif.
CAI dapat berbentuk tutorial, drills and practice, simulasi, dan permainan. Media pembelajaran berbasis CAI ini memiliki kemampuan dalam mengintegrasikan komponen warna, musik, dan animasi grafik (graphic animation). Media pembelajaran berbasis CAI ini juga mampu memberikan balikan (feedback) sehingga siswa dapat aktif berinteraksi dengan media yang diproduksi. Bentuk pembelajaran CAI yang diberikan adalah bentuk tutorial bercabang.
Dengan perkembangan multimedia komputer saat ini, wujud media pembelajaran tidak harus secara fisik hadir di hadapan siswa. Menurut Mayub (2005:21), media pembelajaran ini bisa dirancang dan dibuat dengan program yang sederhana dengan sistem multimedia yang baik, penggunaannya mudah dan mobilitasnya tinggi.
CAI efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran baik mengajarkan prinsip dan suplemen. CAI juga bertujuan membuat banyak waktu belajar atau membuat belajar lebih singkat.
2.      Tipe-Tipe CAI
Ada lima tipe CAI yang sering dipergunakan ( Patterson, Strickland, 1986) yaitu  :
a.       Drill and Practice (Latihan dan Praktek) 
Tipe Drill and Practice menyajikan materi pelajaran untuk dipelajari secara berulang. Tipe program ini adalah cocok dipergunakan sewaktu pengajar menyajikan latihan soal dengan disertai umpan balik. Tipe perangkat lunak ini sering kali dipergunakan untuk menambah pelajaran pada bidang matematika atau faktual. Selama pelaksanaan latihan-latihan soal pada Drill and Practice, komputer dapat menyimpan jawaban yang salah, laporan nilai, contoh jawaban yang salah dan pengulangan dengan contoh-contoh masalah yang telah dijawab secara tidak benar.
b.      Tutorial
Tipe Tutorial ini menyajikan materi yang telah diajarkan atau menyajikan materi baru yang akan dipelajari. Pada program ini memberi kesempatan untuk menambahkan materi pelajaran yang telah dipelajari ataupun yang belum dipelajari sesuai dengan kurikulum yang ada. Tutorial yang baik adalah memberikan layar bantuan untuk memberikan keterangan selanjutnya atau ilustrasi selanjutnya. Dan juga untuk menerangkan segala informasi untuk menyajikan dan bagaimana menyajikannya. Ketika kita mengevaluasi Tutorial, kita perlu untuk mengevaluasi jika Tutorial tidak hanya menyajikan informasi tapi juga harus menerangkan jawaban-jawaban yang salah. Sewaktu program ini menerangkan jawaban- jawaban yang salah, program ini harus mempunyai kemampuan untuk melanjutkan pelajaran dari poin dengan memberi umpan balik pada informasi yang salah dimengerti sebelum melanjutkan ke informasi baru.
c.       Simulation (simulasi)
Tipe simulasi memberikan kesempatan untuk menguji kemampuan pada aplikasi nyata dengan menciptakan situasi yang mengikutsertakan siswa-siswa untuk bertindak pada situasi tersebut. Simulasi dipergunakan untuk mengajar pengetahuan prosedural seperti belajar bagaimana untuk menerbangkan pesawat atau mengemudikan mobil. Program simulasi yang baik dapat memberikan suatu lingkungan untuk situasi praktek yang tidak mungkin dapat dilakukan di ruang kelas atau mengurangi resiko kecelakaan pada lingkungan sebenarnya.
d.      Problem Solving (Memecahkan Masalah)
Tipe Problem Solving menyajikan masalah-masalah untuk siswa untuk menyelesaikannya berdasarkan kemampuan yang telah mereka peroleh. Program ini memberikan aplikasi dasar strategi pemecahan masalah, analisis akhir, mencari ruang permasalahan, dan inkubasi Program ini akan membantu siswa untuk menciptakan dan mengembangkan strategi pemecahan masalah mereka.


e.       Instructional/ Educational Games
Tipe Instructional atau Educational Games merupakan program yang menciptakan kemampuan pada lingkungan permainan. Permainan diberikan sebagai alat untuk memotivasi dan membuat siswa untuk melalui prosedur permainan secara teliti untuk mengembangkan kemampuan mereka.
3.      KARAKTERISTIK CAI
a.       Berdasarkan tujuan pembelajaran.
b.      Sesuai dengan karakteristik siswa.
c.       Memaksimalkan interaksi
d.      Individualisasi
e.       Mempertahankan minat siswa
f.       Pendekatan kepada siswa secara positif
g.      Menyediakan bermacam-macam umpan balik
h.      Sesuai dengan lingkungan pembelajaran
i.        Mengevaluasi kinerja yang tepat
j.        Menggunakan komputer dengan bijak
k.      Berdasarkan pada prinsip disain instruksional
l.        Telah dievaluasi secara mendalam
4.      KELEBIHAN CAI
a.       Meningkatkan interaksi
b.      Individualisasi
c.       Kelebihan secara administratif dan Biaya
d.      Motivasi
e.       Umpan balik segera/cepat
f.       Mudah menyimpan data
g.      Integritas pembelajaran
h.      Kendali siswa
5.      KEKURANGAN CAI
a.       Perangkat Keras (Hardware) yang mahal
b.      Kesulitan untuk mereview materi
c.       Bergantung pada kemampuan membaca dan visual
d.      Grafik yang tidak realistic
e.       Butuh keterampilan pengembangan tambahan
f.       Waktu pengembangan yang lama
g.      Terbatasnya belajar incidental
h.      Persepsi hanya dari input yang telah terprogram

E.   INTERNET

Internet merupakan salah satu produk teknologi informasi dan komunikasi yangcukup banyak mempengaruhi berbagai sektor, termasuk pendidikan. Bahkan internet dianggap sebagai dunia baru yang penuh pesona yang dapat memikat siapa saja yang Berinteraksi dengannya. Yang dimanfaatkan oleh guru untuk dapat menawan hati para siswa untuk lebih gemar dan giat belajar, begitu pula oleh staf administrasi pendidikan.
Internet merupakan singkatan dari Interconnected Network. Jika diterjemahkan secara langsung berarti jaringan yang saling terhubung. Internet adalah gabungan jaringan komputer di seluruh dunia yang membentuk suatu sistem jaringan informasi global.
Semua komputer yang terhubung ke internet dapat mengakses semua informasi yang terdapat di internet secara gratis. Internet dapat digunakan sebagai sarana pertukaran informasi dari satu komputer ke komputer lain tanpa dibatasi oleh jarak fisik kedua komputer tersebut. Peranan internet yang sangat penting adalah sebagai sumber data dan informasi serta sebagai sarana pertukaran data dan informasi.

Sejarah Internet

Perkembangan internet diawali dengan dibangunnya jaringan ARPANet pada tahun 1969. ARPA (Advanced Research Project Agency) merupakan sebuah jaringan yang dikembangakan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang tugasnya untuk melakukan penelitian terhadap jaringan komputer dengan teknologi packet switching. Jaringan tersebut semula hanya beranggotakan beberapa komputer di beberapa universitas di Amerika Serikat, seperti University of California-Los Angeles dan Stanford Research Institute. Di awal perkembangannya, jaringan tersebut hanya digunakan khusus untuk kalangan akademik dan militer. Istilah internet sendiri muncul sekitar tahun 1983 dengan ditemukannya protocol TCP/IP (Transmission Control Protocol/Intenet Protocol) yang memberikan sumbangan besar terhadap perkembangan jaringan.

Internet dalam pembelajaran
Dengan kecanggihan internet memungkinkan seorang dosen atau guru tidak harus datang ke kelas untuk menyampaikan materi tetapi cukup dilakukan melalui internet misalnya dengan menggunakan teleconference. Internet bisa saja mengabaikan jarak, sehingga ketika kita butuh informasi dariseorang pakar di luar negeri dengan segera kita dapatkan.Pada akhirnya, pemanfaatan dan pengembangan internet menjadi suatu penunjang yang sangat penting dalam peningkatan kualitas pendidikan. Dengan pengaplikasian sebagaimana dijelaskandiatas, maka kualitas pendidikan kita yang tertinggal jauh dengan negara lain mempunyai peluang yang besar untuk bisa setara atau melebihi negara yang telah maju.


Keuntungan internet
·         Penggunaan internet dewasa ini telah merambah ke berbagai kehidupan, baik di bidang sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, politik, maupun pendidikan. Internet sangat dibutuhkan dalam bertukar informasi dan berkomunikasi secara cepat tanpa ada batasan wilayah, ruang dan waktu. Dengan internet semua pekerjaan menjadi sangat mudah dan sangat efisien terhadap waktu. Internet juga bisa digunakan untuk memperluas pengetahuan serta memperluas pergaulan kita sebagai makhluk sosial.

·         Penggunaan internet yang tepat akan sangat bermanfaat bagi kemajuan pemikiran dan peradaban bagi bangsa yang selalu menginginkan perubahan ke arah positif. Internet merupakan bagian dari teknologi informasi
  • Efisiensi waktu
  • Komunikasi
  • Sistem publikasi web
  • Keseragaman informasi
  • Meningkatkan kerjasama
  • Efektifitas biaya

Kelemahan dari internet

         Informasi yang salah atau tidak sesuai sehingga mengurangi efektifitasnya
      Interaksi di intranet yang mungkin tidak bertanggung jawab
      Perlu pelatihan khusus untuk anggota dalam menggunakan internet
      Perlu tenaga ahli untuk membangun dan mengembangkan internet di sebuah organisasi
      Bisa terjasi overload (data penuh) akibat pengiriman pesan antar pengguna yang tidak terkontril dengan baik.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar